(EKOSISTEM AKUATIK)
Ekosistem Akuatik
Mengacu pada definisinya, ekosistem akuatik ialah ekosistem yang mayoritas terdiri atas air, menjadi habitat makhluk hidup. Contohnya ialah ekosistem air tawar yang bisa dibedakan menjadi dua jenis, yaitu ekosistem Lentik: ekosistem yang airnya tergenang (relatif diam) seperti danau, waduk, kolam, rawa, embung, dll. Lentik diturunkan dari kata lenis (bahasa Latin) yang artinya tenang. Ekosistem Lotik (Latin: lotus , artinya alir), ialah ekosistem yang airnya mengalir, seperti: sungai, selokan, dll.
Ekositem Lentik – Lotik
Hal penting di dalam ekosistem Lentik ini adalah zonasi yang berkaitan dengan kedalaman airnya dan daya tembus sinar matahari di dalam air. Ini dibedakan menjadi tiga, yaitu Zone Litoral, nama yang diberikan untuk zone di tepi danau, waduk, kolam dan sinar matahari dapat menembus sampai ke dasar, tempat perakaran tumbuhan air. Zone limnetik, berada di antara permukaan air dan lapisan air yang masih dapat dicapai oleh sinar matahari. Di bagian terbawah zone ini, laju fotosintesis tumbuhan masih sama dengan atau lebih besar daripada laju respirasi. Zone profundal, terletak di bagian dalam atau dasar badan air sehingga tidak dapat dimasuki oleh sinar matahari. Andaipun cahaya masih bisa masuk, tetapi tidak efektif untuk fotosintesis.
Proses kelahiran ekosistem Lentik berbeda-beda. Danau, misalnya, ada yang terbentuk karena patahan formasi geologi lalu berisi air, seperti Danau Toba. Ada juga yang terbentuk karena peristiwa vulkanik, seperti Danau Lamongan. Danau buatan seperti Saguling, biasa disebut waduk, sengaja dibuat dengan cara membendung Sungai Citarum. Seperti ekosistem Lentik, ekosistem Lotik pun berperan penting sebagai sumber makanan, yaitu udang, ikan, dll. Minimal ada tiga kegunaan ekosistem air ini, yaitu produsen pangan, penyedia lapangan kerja, dan penghasil devisa. Namun demikian, pengurangan produksi ikan dapat saja terjadi yang disebabkan oleh beberapa kejadian, seperti teknologi budidayanya belum optimal, penangkapan ikan terlampau berlebih sehingga pemulihannya menjadi lamban, terjadi pencemaran air yang mempengaruhi perkembangbiakannya.
Ekosistem Laut
Laut adalah badan air terluas dan terbanyak volumenya. Dalam rasanya yang asin, air laut sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Rentang suhunya adantara 26 – 30 derajat Celcius dengan kadar garam antara 27 – 33 permil. Hal ini mengakibatkan pemisahan antara lapisan bawah dan lapisan atas air laut.
Laut di Indonesia dipengaruhi oleh angin Muson yang berubah arah pada setiap musim. Musim Barat terjadi pada September s.d Maret, musim Timur antara Juni dan Agustus dan terjadi dua pancaroba atau peralihan, yakni April - Juni dan September - November. Pada musim Barat biasanya arus laut bergerak dari Barat ke Timur, Indonesia bagian Barat mendapat curah hujan relatif tinggi sehingga kadar garamnya menjadi rendah, dan angin bertiup kencang sehingga ombaknya tinggi.
Ekosistem Pantai Tropis
Pada ekosistem pantai ini dapat ditemukan berbagai ekosistem yang berdekatan satu dengan yang lain, yaitu hamparan rumput laut dan ganggang, terumbu karang, pantai pasir, delta, estuarium, teluk, laguna, hutan mangrove, hutan rawa pasang surut, dataran berlumpur, dan rawa payau. Ekosistem tersebut biasanya berdekatan dan bahkan dihuni manusia dengan kepadatan penduduk yang relatif tinggi. Karena itu, ekosistem ini menjadi sasaran berbagai kegiatan manusia sehingga berdampak pada lingkungannya.
Ekosistem pantai yang populer disebut wilayah pesisir ini merupakan wilayah yang kaya sumber daya alam. Beberapa ekosistem pantai tropis itu sbb.
Estuarium
Lokasinya ialah di mulut sungai atau muara sungai ini, sebagai penghubung antara laut dan darat. Secara ekologis, muara sungai ini memiliki fungsi penting, yaitu tempat bertelur dan pemijahan ikan dan hewan akuatik lainnya, tempat ikan dan hewan akuatik mencari makanan, pintu masuk bagi ikan dan hewan akuatik lainnya yang migrasi dari laut ke perairan tawar atau sebaliknya.
Di ekosistem estuarium ini terjadi pertemuan antara air asin dan air tawar. Air tawar dari darat membawa unsur hara dan mineral yang memperkaya kondisi lingkungan sehingga tinggi produktivitasnya. Kekayaan bahan makanan di estuarium ini tidak hanya terbatas di muara sungai, tetapi bisa sampai ke laut lepas. Di Laut Jawa misalnya, produktivitasnya bisa meluas hingga ke laut lepas asalkan tidak tercemari oleh kegiatan manusia.
Delta
Delta ialah pembentukan lahan secara alami yang menjorok ke garis pantai sebagai hasil dari proses pengendapan lumpur di muara sungai. Ini bisa terjadi di mana-mana. Di kawasan tropis yang sering memiliki daerah aliaran sungai yang landai di sekitar muara, perkembangan Delta tampak jelas. Delta selalu dipengaruhi oleh kondisi laut dan darat.
Hutan Mangrove
Hutan mangrove di wilayah pesisir merupakan ekosistem yang kaya dan banyak tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Hutan ini ditumbuhi oleh banyak jenis pohon dan perdu, juga ada rumput, tumbuhan menjalar dan merambat, paku-pakuan dan tumbuhan epifit lainnya. Pohon-pohon di hutan mangrove bisa mencapai ketinggian 10 m, memiliki kekayaan jenis hingga 20 - 30 spesies. Keistimewaannya, tumbuhan yang hidup di hutan ini acapkali mampu tumbuh di tempat asin (laut) dan air tawar, dan tempat-tempat yang terpengaruh oleh kawasan pasang surut air laut.
KELOMPOK 12
(SUKSESI)
Komunitas yang terdiri dari berbagai populasi bersifat dinamis dalam interaksinya yang berarti dalam ekosistem mengalami perubahan sepanjang masa. Perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan dikenal sebagai suksesi ekologis atau suksesi.
Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang (homeostatis).
Di alam ini terdapat dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.
1. Suksesi primer
1. Suksesi primer
Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal terbentuk habitat baru. Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak bumi.
2. Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan, balk secara alami maupun buatan. Gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada. Contohnya, gangguan alami misalnya banjir, gelombang taut, kebakaran, angin kencang, dan gangguan buatan seperti penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan sengaja.